DEMOKRASI KEBUN BINATANG
Taufiq Ismail
Mari kita pergi ke kebun binatang bersama-sama, karena kita ingin mendengar gagasan pimpinan baru kota para hewan itu,
Pimpinan baru kebun binatang ingin mereposisi sebuah kandang, dan kandang itu kandang yang penting posisinya,
Kandang itu berpagar kawat yang cantik ornamennya, tinggi oleh siapa pun tak terlompati, kekar oleh siapa pun tak tergoyahkan, luasnya sepuluh hektar, di dalamnya ada danau, gua, padang rumput dan belukar,
Penduduk kandang itu kambing, kancil, kelinci, kijang, kucing, kuda, kerbau, keledai, anjing, domba, sapi, gajah, rusa, monyet, perkutut, burung hantu, dan jerapah,
Pak kepala kebun binatang berminat benar memasukkan serigala ke dalam kandang besar itu, karena katanya, sudah 34 tahun lamanya makhluk ini berada di luar sana,
Alasannya adalah bahwa demokrasi hewan harus ditegakkan, termasuk demokrasi serigala. Menurut serigala, ukuran demokrasi adalah "sama-sama hewan", dan gagasan ini dengan gigih didukung kepala kebun binatang,
Ke-17 hewan lainnya itu tak setuju. Menurut mereka, definisi demokrasi adalah "sama-sama hewan yang tidak memakan satu sama lain, tidak memangsa satu sama lain". Pak kepala, ganjilnya, tak menerima logika ini dan tetap berfihak kepada definisi demokrasi serigala,
Keesokan harinya, selepas acara makan pagi penghuni kebun binatang, dia membawa seekor hewan berkaki empat ke depan kandang itu. "Kalian tengoklah makhluk penyabar ini. Perhatikan bulunya yang bersih berkilat, telinganya yang lemas terkulai dan bahasa badannya yang sopan. Nah, kan dia jinak dan baik hati," kata pak kepala,
Ke-17 hewan itu berteriak. "Lho, itu kan serigala, yang memakai jaket kulit kambing dan memakai telinga kambing palsu!" seru mereka. "Biar menyamar seperti apa, pak kepala, kami tetap kenal betul bau keringat badannya!"
Dua puluh empat jam kemudian, kepala kebun binatang datang ke depan pintu kandang, menuntun lagi makhluk itu. "Saya minta kalian dengan hati terbuka memperhatikan ciptaan Tuhan ini. Perhatikan tingkah lakunya yang mandiri, matanya yang bening dan suci, ekspresi luhurnya budi pekerti. Nah, bukankah dia jinak dan baik hati?" tanyanya.
Ke-17 hewan penghuni kandang bersorak. "Yaaah, itu kan serigala menyamar lagi, yang memakai rompi bulu domba, dan memakai tanduk domba palsu!" seru mereka. "Biar menyamar seperti apa, pak kepala, biar bulunya wol putih seperti domba Ostrali, kami tetap kenal gigi dan taringnya yang runcing-runcing itu!"
Kepala kebun binatang tampak kesal, gerahamnya gemeletuk dan wajahnya mulai memerah. "Bagaimana ini kalian, kok tidak menghormati demokrasi serigala? Hargailah hak asasi hewan, artinya, jangan mengucilkan hewan apa pun," katanya.
Ke-17 hewan penghuni kandang berebutan bicara.
"Bagi kami, hak asasi hewan adalah tidak mempertakuti hewan yang lain.Serigala ini dulu, 42 tahun yang lalu, juga 34 tahun yang lalu, bukan saja mempertakuti, tapi memakan daging penghuni kandang yang lain. Buas sekali dia ini. Bekasceceran darah mangsanya masih melekat di pagar kandang. Pak kepala kok seperti tidak belajar biologi. Dulu 34 tahun silam, di mana pak kepala ?"
Kepala kebun binatang tidak pernah menjawab pertanyaan ini,
Pelan-pelan dia lesu berjalan, pulang ke kantor kebun binatang. Serigala itu menitipkan rompi bulu domba dan tanduk palsu dombanya pada kepala kebun binatang. Lalu dia melarikan diri, ke dalam belukar bersembunyi,
Barangkali kepala kebun binatang membuang kedua titipan itu. Siapa yang lihat?
2000